inetnews.co.id — Sebuah pernyataan kontroversial kembali mencuat dari kader PSI, Dedy Nur Palakka, yang menyebut Jokowi layak menyandang status seorang nabi.
Ucapan tersebut segera menuai kecaman luas dari berbagai kalangan, termasuk dari Ferdinand Hutahaean, mantan politisi Partai Demokrat dan PDIP.
Baca Juga : rocky gerung penetapan hasto jadi tersangka langkah jokowi melemahkan megawati
Dalam unggahannya di platform X (sebelumnya Twitter), Dedy menggambarkan Jokowi sebagai sosok sederhana dan penuh kerendahan hati, bahkan menilai bahwa Jokowi sebenarnya telah memenuhi syarat menjadi seorang nabi.
“Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuma sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat,” tulis Dedy.
Namun, pernyataan itu langsung dipatahkan keras oleh Ferdinand yang menilai ucapan tersebut sebagai bentuk overkultus yang tidak sehat dan berbahaya secara nalar.
“Jadi, ini nalarnya sudah rusak Dedy Nur Palakka ini. Overkultus dan itu menyesatkan ke masyarakat,” ujar Ferdinand dalam pernyataannya, Jumat (13/6/2025).
Ferdinand menilai bahwa membandingkan atau menyamakan Jokowi dengan sosok nabi merupakan bentuk pemujaan berlebihan yang dapat mencederai rasionalitas publik. Ia menegaskan bahwa Presiden ketujuh RI sama sekali tidak layak diposisikan dan disandingkan setara dengan status kenabian
“Jokowi itu tidak pantas sebagai seorang nabi, justru harus diseret ke meja hijau karena dianggap patut diduga melakukan banyak pelanggaran dan penyimpangan,” tegas Ferdinand.
Tak berhenti di situ, Ferdinand juga menyinggung laporan dari OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project), sebuah lembaga investigasi korupsi internasional, yang pernah menempatkan nama Jokowi sebagai salah satu finalis pemimpin paling korup di dunia.
Baca Juga : isu pemakzulan gibran mencuat buni yani ini bukan sekadar suksesi kekuasaan
“OCCRP memasukkan Jokowi sebagai finalis pemimpin terkorup di dunia. Itu saja sudah cukup menjelaskan bahwa dia sama sekali tidak layak diagung-agungkan seperti nabi,” tegasnya.
Pernyataan ini menjadi peringatan serius terhadap bahaya personality cult atau pengultusan tokoh politik secara berlebihan, yang dinilai dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan menciptakan distorsi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Editor : ID Mr